KOMPAS.com - Saat kehilangan gigi, sering kali kita perlu menggantinya dengan gigi palsu. Tapi tahukah Anda menggunakan gigi palsu memiliki risiko tersendiri?
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa gigi palsu menempatkan pemakainya pada risiko kekurangan gizi. Sebabnya adalah pemakai gigi palsu akan menghindari makanan yang lebih sulit dikunyah.
Para peneliti dari King's College London juga menemukan hal yang sama pada orang yang kehilangan giginya. Itu karena mereka harus berjuang ekstra keras untuk mengunyah makanan dengan benar.
Dalam kedua kasus itu, kehilangan gigi dan menggunakan gigi palsu dikaitkan dengan kelamahan sendi dan otot yang dapat membuat orang lebih berisiko mengalami kerusakan tulang dan jatuh.
Para peneliti tersebut menyatakan bahwa orang dengan gigi palsu atau kehilangan giginya merasa sulit makan makanan bergizi seperti buah, sayur,
kacang-kacangan, dan daging. Padahal semua makanan tersebut sangat dibutuhkan sebagai nutrisi tubuh.
Meski gigi tiruan meningkatkan fungsi mengunyah, tapi kekuatan gigitannya jauh lebih lemah daripada gigi asli. Itulah mengapa para pengguna gigi palsu menghindari makanan tertentu.
"Orang-orang dengan gigi yang tidak memadai cenderung tidak makan makanan yang keras dan dulit dikunyah, misalnya beberapa buah dan sayuran segar seperti apel, pir, wortel, kacang-kacangan, dan lain sebagainya," kata Dr Wael Sabbah dari King's College London Dental Institute dikutip dari The Telegraph, Minggu (11/12/2017).
"Mereka juga bisa mengalami kesulitan dalam makan makanan yang dimasak seperti daging, tergantung cara memasaknya," imbuhnya.
Penelitian ini melibatkan 1.800 orang berusia rata-rata 62 tahun.
Mereka kemudian dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu memiliki gigi lebih dari 20, pemakai gigi palsu dengan gigi asli kurang dari 20, tidak mengunakan gigi palsu dengan jumlah gigi kurang dari 20.
Para peneliti kemudian menguji ketiga kelompok tersebut dalam berbagai tes yang menyangkut kekuatan, kelemahan, indeks massa tubuh (IMT), dan kesehatan mulut peserta. Selain itu, para peserta juga diwawancarai terkait asupan gizi yang mereka konsumsi.
Hasilnya sebenarnya tidak terlalu mengejutkan. Kelompok yang tidak memakai gigi palsu meski hanya memiliki kurang dari 20 gigi mengonsumsi nutrisi paling sedikit dibandingkan dengan jumlah harian yang direkomendasikan.
Para peneliti juga menyebut, kelompok ini yang tubuhnya paling lemah. Mereka menemukan bahwa orang yang memiliki gigi lebih sedikit 32 persen lebih lemah. Kelompok ini juga 20 persen lebih cenderung kekurangan nutrisi.
Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Geriatrics & Gerontology International ini menunjukkan betapa pentingnya kesehatan mulut dalam mencegah kehilangan gigi. Karena ketika kehilangan gigi, seseorang berisiko tinggi kekurangan nutrisi di kemudian hari.
Padahal seperti yang kita tahu, nutrisi sangat penting untuk mencegah penyusutan massa otot dan keracunan muskuloskeletal.
"Beberapa penelitian telah meneliti hubungan anatara kesehatan mulut, jumlah gigi, dan kelemahan umum tubuh," ujar Dr Sabbah.
"Salah satu temuan penting dari penelitian ini adalah hubungan signifikan antara kondisi gigi dan kekurangan asupan nutrisi penting, terlepas dari penggunaan gigi palsu," tambahnya.
Dr Sabbah juga mengatakan bahwa hingga sekarang, sebagian besar upaya memperbaiki kelemahan tubuh berfokus pada strategi gizi,
termasuk pendidikan kesehatan ketika pengaruh gigi pada pengendalian makanan lansia telah terbengkalai.
"Temuan analisis ini, sesuai dengan yang dilaporkan dalam penelitian sebelumnya, menunjukkan bahwa penggunaan gigi palsu bisa menjadi intervensi terbengkalai yang berpotensi menimbulkan dampak pencegahan terhadap kelemahan muskuloskeletal," ungkap Dr Sabbah.
"Hasilnya juga menyoroti pentingnya mengembangkan kebijakan kesehatan lisan untuk memastikan para lansia menjaga gigi fungsional sepanjang hidup mereka," tutupnya.
0 komentar:
Posting Komentar