MIKISLOT

testing-selesai

Selasa, 12 Desember 2017

'Kista Tak Membuatku Menyerah untuk Punya Momongan'




Jakarta - Mempunyai anak merupakan dambaan hampir semua pasangan yang sudah menikah. Tapi, kadang kala kondisi kesehatan kita bisa jadi kendala ya, Bun. Misalnya aja ada kista di tubuh sang istri.

Ini kisah seorang bunda bernama Tiwi. Setelah menikah 6 bulan dan memang lagi berencana punya anak, Tiwi didiagnosis kista

"Awalnya aku sih nggak tahu kalau punya kista, karena tiap haid aku nyeri banget dan saat berhubungan intim juga nyeri akhirnya aku periksakanlah ke dokter.

Nah, baru deh di situ ketahuan aku kena kista endometriosis dan kata dokter harus di operasi," papar Tiwi saat ngobrol dengan HaiBunda.

Memang, dokter bilang endometriosis bisa jadi hambatan Tiwi punya anak. Untuk itu, Tiwi disarankan segera operasi untuk mengangkat kista endometriosisnya. Soalnya, dari pemeriksaan USG transvaginal diketahui saluran indung telur Tiwi ketutup.

Namun, takdir berkata lain, Bun. Beberapa waktu kemudian, Tiwi dinyatakan hamil.

"Sempet khawatir banget, kistanya ngaruh ke janin nanti amit-amitnya anak jadi cacat atau apa, apalagi selama hamil sering kontraksi tapi sama dokter dikasih penguat kandungan sama vitamin," ungkap Tiwi.

Selama hamil, Tiwi nggak lupa banyak makan sehat seperti tomat, minum sari kurma, susu UHT atau kacang-kacangan dan makanan lain yang baik buat ibu hamil.

Dia juga rutin kontrol untuk memeriksakan kondisi calon bayinya. Tidak ada kata menyerah untuk Tiwi, dukungan suami benar-benar sangat berarti buatnya.


"Suami saya mendukung banget, dokter bilang kista akan sembuh seiring berkembangnya janin tinggal dari janinnya kuat atau nggak. Kalau janin kuat kista mati, namun bisa sebaliknya karena itu kontrol kehamilan saat ada kista perlu banget," kata Tiwi.

Memang usaha nggak membohongi hasil deh, Bun. Pas Tiwi melahirkan anak pertamanya, kistanya dinyatakan sudah hilang. Bahkan, Tiwi melahirkan melalui persalinan normal dengan keadaan anak yang sehat.

"Ketika usia kandungan 3 atau 4 bulan gitu, dokter udah nggak bahas kistanya lagi ya saya pikir udah ilang. Dan ketika melahirkan aku kembali tanya sama dokter, katanya kistanya udah ilang," papar Tiwi.

Dirasakan Tiwi memang setelah lahiran nyeri haid yang sering ia rasakan dulu sudah tidak muncul. Sekarang, Bunda Tiwi sudah punya dua anak lho. Yang satu berusia 4 tahun dan satu lagi berusia 9 bulan.

Kalau kata Prof Dr dr Ali Baziad, SpOG(K) dari RS Cipto Mangunkusumo, sebanyak 30-50 persen wanita yang mengalami endometriosis mengalami gangguan kesuburan.

Tapi, bukan berarti perempuan yang didiagnosis endometriosis pasti tidak bisa punya anak. Soalnya, banyak juga, Bun, perempuan dengan endometriosis yang punya anak. Bahkan pas hamil, nyeri akibat endometriosisnya berkurang. Namun ini bukan berarti endometriosis bakal hilang saat perempuan hamil.

Dalam banyak kasus masih belum diketahui benar kenapa perempuan dengan endometriosis lebih sulit hamil. Banyak teori yang diajukan tapi masih banyak yang belum terbukti nih, Bun. Beberapa teori itu antara lain:

1. Perlengketan pelvis menghambat pergerakan telur ke tuba falopi

2. Telur yang berkualitas buruk

3. Bahan kimia yang diproduksi oleh endometriosis menghambat pergerakan telur ke tuba falopi

4. Peradangan pada pelvis yang disebabkan oleh endometriosis merangsang produksi sel-sel yang menyerang sperma dan memperpendek masa hidupnya

5. Telur tidak dilepaskan dari ovarium setiap bulan. Hal ini dikenal sebagai anovulasi yang juga bisa dialami perempuan tanpa endometriosis.

0 komentar:

Posting Komentar