Hampir sepekan tim gabungan dari Balai Besar Konservasi Sumberdaya
Alam (BBKSDA) Riau bersama kepolisian dan organisasi pencinta satwa liar
mencari harimau
pemangsa Jumiati, karyawati perusahaan di Desa Tanjung, Kecamatan
Pelangiran, Kabupaten Indragiri Hilir. Namun, hewan belang itu belum
juga tertangkap.
Menurut Kepala BBKSDA Haryono, sudah ada tiga tim yang diturunkan
secara bergantian. Tim pertama dan kedua belum berhasil, dan Haryono
berharap tim ketiga yang diturunkan berhasil memancing harimau itu masuk kerangkeng yang sudah disediakan.
"Sudah beberapa lokasi dipasang kandang dan ada umpan, yaitu kambing
jantan, tapi belum terlihat harimaunya," kata Haryono di Pekanbaru,
Kamis (11/1/2018) siang.
Dijelaskan Haryono, tim ketiga pada Kamis pagi sudah memindahkan
kandang serta umpannya di lokasi yang tertutup dan jauh dari permukiman.
Hal ini dilakukan karena tim menilai hewan itu sudah jauh masuk ke
semak-semak, terutama lokasi Jumiati menjadi korban.
Selain itu, juga sudah dipasang 12 kamera pengintai di semak-semak.
Dari belasan kamera itu, tak ada satu pun yang berhasil menangkap
penampakan harimau.
"Ada ditemukan jejak oleh petugas. Dari ukuran jejak itu tidak
menunjukkan harimau tua dan kecil, artinya ini harimau muda," kata
Haryono.
Pencarian itu, kata Haryono, juga melibatkan tim ahli. Tujuannya mempelajari pola gerak harimau dan bagaimana cara penangkapan agar tidak menyakiti hewan yang dilindungi itu.
"Sejauh ini sudah ada pihak dari Surabaya dan Sumatera Barat ingin membantu pencarian," terang Haryono.
Perilaku Berubah
Diasingkan di sini, kata Haryono, oleh kelompok harimau. Pasalnya, lokasi itu berdekatan dengan kawasan konservasi Kerumutan, yang menjadi habitat lebih dari satu harimau.
Ada pula yang menyebut harimau sesudah memangsa manusia perilakunya berubah drastis dan dinyatakan lebih liar dari sebelumnya. Maka itu, tim ekstra hati-hati agar tidak ada korban lain.
"Terlepas pendapat ini ilmiah atau tidak, tapi kenyataannya hingga kini belum ada perkembangan signifikan di lokasi," ucap Haryono.
Bila harimau yang memangsa itu masih muda, Haryono berpendapat perilakunya akan lebih liar lagi. Dengan demikian, daya jelajahnya lebih jauh dari biasa.
Harimau betina, kata Haryono, daya jelajahnya mencapai 50 kilometer. Sementara, harimau jantan lebih jauh dari itu dan bisa sampai 300 kilometer.
"Bisa dibayangkan kalau dia lebih liar setelah memangsa manusia, lebih dari itu," kata Haryono.
Untuk menghindari hal tak diinginkan, di lokasi juga disiapkan dokter hewan. Jika dalam penangkapan harimau itu terluka, dokter bisa langsung bisa merawatnya.
Sudah Sering Tampakkan Diri
Sebelumnya, Plt Kepala BBKSDA Riau Haryono menerangkan, harimau menyerang manusia hingga memakan korban jiwa baru pertama kali terjadi di lokasi tersebut,
meski keberadaan hewan belang itu sering muncul. Masyarakat juga melaporkan gerak-geriknya diintai ketika beraktivitas.
"Ada laporan warga yang menyebut ketika mencuci, harimaunya ada di depan," terang Haryono, didampingi Kabid Wilayah II KSDA Riau, Hutomo.
Menurut Hutomo, ada beberapa faktor harimau nekat menyerang manusia, khususnya pada kejadian yang dialami Jumiati dan dua rekannya. Salah satunya terkejutnya harimau karena berpapasan dengan manusia.
Hal ini membuat harimau lebih reaktif. Apalagi, manusia yang dijumpainya juga kaget dan membuat tindakan reaktif, sehingga menyerangnya.
"Karena terkejut, harimau tadi lebih reaktif. Dan tiga karyawatinya juga terkejut melihat harimau," kata Hutomo.
Di samping itu, faktor panen di areal perkebunan, baik itu Hutan Tanaman Industri (HTI) dan sawit, membuat harimau keluar dari sarangnya, di mana hewan belang ini disebut biasanya mendiami kawasan konservasi Kerumutan.
Kawasan ini memang berbatasan dengan HTI yang juga bersebelahan dengan perkebunan sawit. Biasanya, masa panen ini membuat monyet dan babi berkeliaran dan keduanya merupakan mangsa harimau.
"Ini sudah dipelajari, di mana ada masa panen dan pembukaan HTI, biasanya harimau sering dilaporkan kelihatan. Sama seperti ketika panen HTI di Pelalawan dulu, kan ada muncul harimau di samping alat berat," kata Hutomo.
0 komentar:
Posting Komentar